Teknologi yang Memanusiakan
Oleh : Abbas Shafwan
Percepatan teknologi yang semakin gegap gempita dan lajunya yang tak lekang oleh zaman semakin merasuki semua ranah kehidupan. Tak ayal lagi teknologi banyak mempengaruhi sebuah kondisi cultural suatu masyarakat. Dengan dalih penguasaan teknologi yang cukup mumpuni bahwa seseorang yang tidak mengikuti trend zaman denga era Teknologi Informasi dan Komunikasi bisa dikatakan gaptek(gagap teknologi).
Perkembangan teknologi yang begitu cepat dan terus melaju dengan kehidupan manusia. Di kehidupan keseharian manusia tidak pernah lepas dari sentuhan teknologi. Begitu pun dengan kondisi lingkungan yang digunakan sebagai tempat hidup manusia, segalanya telah disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada. Misalnya saja seperti kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan kota kota besar lainya , seperti kantor, sekolah, perumahan dibangun di tengah kota berjauhan dengan tempat tinggal penduduknya yang di pinggiran. Hal tersebut juga memungkinkan, karena adanya teknologi transportasi untuk dapat mencapai lokasi tersebut.
Selain itu, juga hotspot yang mulai dikembangkan diman-mana merupakan perkembangan atas munculnya teknologi internet, bahkan banyak orang yang mengandalkan pekerjaannya melalui internet ataupun anak-anak yang terlalu suka berinteraksi melalui game online hingga menjadi ketergantungan (internet addiction disorder). Kondisi manusia saat ini sudah sangat tergantung dengan teknologi yang juga turut mengubah pola komunikasi mereka.
Seperti contohnya dalam sebuah keluarga jika fasilitas kamar masing-masing anak dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap seperti TV, internet, DVD, dan lain-lain, maka komunikasi antara anak tersebut dengananggota keluarga lainnya akan berkurang, karena dia lebih senang menghabiskan waktu dengan benda-benda canggih yang dimilikinya. Begitu pun dengan anak-anak yang meminta izin kepada orang tuanya melalui telepon, bisa jadi ia menghindari tatap muka oleh orang tuanya karena menurutnya suasananya lebih mencekam dibandingkan dengan berbicara di telepon. Manusia memiliki tingkat ketergantungan kepada teknologi yang tinggi, bayangkan saja apakah yang dapat kita lakukan jika suatu hari semua teknologi yang ada ini lenyap begitu saja? Perkembangan teknologi tidak berhenti di situ saja, bahkan tidak akan berhenti dan tidak dapat pula dihindari. Artificial intelegence (AI) atau kecerdasan
buatan merupakan perkembangan teknologi yang berusaha memasukkan kecerdasan yang dimiliki oleh manusi ke dalam mesin, dalam hal ini komputer. Pengembangan AI berdasarkan pada penelitian yang berada pada disiplin ilmu komputer, filsafat, psikologi, ilmu bahasa, biologi, matematika dan teknik. Salah satu bentuknya yang paling dikenal adalah robot yang dapat memerankan sebagai manusia. Selain itu agents dalam dunia cyber yang seolah-olah hidup dan dapat berinteraksi dengan sekitarnya juga merupakan salah satu bentuk AI, seperti yang terdapat dalam game online yang seolah-olah dapat berinteraksi dengan manusia.
Walaupun demikian, tetap ada perbedaan dasar antara manusia dan kecerdasan buatan tersebut. Manusia mampu untuk memberikan respons terhadap segala perubahan yang ada di sekitarnya dan juga belajar dari pengalaman yang pernah dilaluinya. Hal tersebutlah yang belum dimiliki oleh komputer yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan, tidak cukup hanya dengan dapat merespons dan melaksanakan perintah yang diberikan oleh manusia yang mengoperasikannya. Emergent AI mucul dengan tujuan mempertipis batas (perbedaan) antara manusia dan mesin, sehingga terlihat bahwa mesin mirip dengan manusia dan sebaliknya. Meskipun perkembangan teknologi telah berhasil
membuat kecerdasan manusia (otak) buatan, tetap saja masih terdapat sifat-sifat dasar yang manusia yang tidak dapat diterjemahkan dalam kode atau bahasa tertentu yang dipahami oleh mesin. Para ilmuan juga turut mengembangkan kehidupan buatan atau yang dikenal dengan artificial life (A-Life). Artificial Life menurut Marvin Minsky adalah sebuah disiplin membuat organisme dan sistem yang akan dianggap hidup jika ditemukan di dunia nyata. Sehingga dapat dikatakan batas antara manusia dengan mesin menjadi sangat tipis. Selain itu terdapat juga analogi lainnya yang menyatakan Artificial Life adalah sesuatu yang benar-benar nyata dan hidup namun dipenjara oleh layar. Seperti contohnya permainan The Sims, dimana si pemain lah yang mengatur kehidupan orang-orang yang ada di dalamnya, seperti makan, bekerja, beristirhat, refreshing, mengurus urusan domestik rumah tangga, dan lain-lain.
Program pada permainan itu telah diatur sedemikan rupa sehingga si pemain yang memegang kontrol penuh untuk menentukan apa yang akan dilakukan oleh komputer
tersebut seolah-olah nyata dan merupakan hasil interaksi antara manusia dengan perkembangan teknologi (komputer) yang juga merupakan hasil ciptaan manusia. Namun dibalik itu semua, komputer tetaplah hanya sebuah mesin cerdas yang menyerupai manusia dan tidak mempunyai jiwa serta seluruh sifat dasar yang diwarisi manusia begitupun dengan rasa, empati, dan suara hati. Mesin mati tersebut seolah-olah hidup dan berperan dalam kehidupan manusia. Teknologi yang dibuat sebagai sebagai perpanjangan tangan manusia (extra hands) untuk memudahkan pekerjaan manusia, hampir menggantikan peran manusia itu sendiri meskipun tidak akan pernah dapat menggantikan peran manusia sepenuhnya.
Teknologi akan terus berkembang dan selalu berkembang. Sama halnya dengan kapitalisme, perkembangan teknologi sulit untuk dihindari, sehingga memanfaatkan perkembangan teknologi akan mempermudah kehidupan manusia bahkan membawa keuntungan bagi mereka yang lincah dan cerdik melihat celahnya. Namun jika tidak digunakan secara cermat dan hati-hati, kelalaian manusia dapat menyerang balik manusia sebagai si pencipta teknologi, bagaikan boomerang. Teknologi yang awalnya hidup di dalam kehidupan manusia dapat berbalik menjadi manusialah yang hidup di dalam teknologi dan sangat tergantung padanya. Bahkan, teknologi dapat berbalik menjadi sesuatu yang mengatur kehidupan manusia, padahal manusialah dalang yang megatur program pada teknologi tersebut.
Minggu, 14 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar