Oleh : Nadhirotul Ulfa S.Ag.
(Guru MAN Trenggalek)
Pendahuluan,
Istilah gaul menjadi trend yang sedang berkembang dikalangan remaja, mempengaruhi terhadap segala segi kehidupan tanpa ada batas ruang dan waktu sehingga mewarnai dalam pembentukan kultur (budaya), paradigma (pemikiran) dan image bahkan dalam pembentukan kepribadian. Pengaruh globalisasi tentunya tidak bisa dihindari, tetapi kita juga tadak bia menyalahkan, untuk itu kita harus kebih antisipatif dan lebih cerdas dalam memaknai gaul.
Gaul kadang salah kaprah diartikan, bahkan sering bertentengan dengan nilai-nilai islam atau justru yang betrsifat negative itu ccenderung dianggap gaul maka pemikiran atau paradikma yang semacam ini harus diluruskan, dibangun mulai sekarang sehingga tercipta kondisi social cultural yang membentuk pola piker dan pola sikap berwawasan gaul hendaknya sesuai dengan nilai-nilai dasar islam. Contohnya gaya hidup konsumtif remaja yang menjadi objek konsumerisme yang sudah mewabah dan tidak terasa menjadi tran dan lifestyle (gaya hidup), pemakaian Hp yang tidak mengenal waktu, mengakses internet dengan situs-situs porno, munum-minuman keras, free seks (pergaulan bebas) , narkoba, atau terjadinya tawuran masal, pelajar sebagai imbas budaya nongkrong remaja yang disalah gunakan dengan dalih solidaritas atau teman, yang semua itu biasanya karena remaja mempunyai image untuk mencari jati diri bahkan dijadikan kedok untuk berbuat hal-hal yang negatif.
Beberapa waktu lalu, disebuah surat kabar ibu kota, diturunkan hasil penelitian dari laboratorium FIFIP-UI tentang perilaku seks remaja di Kalimantan atau bafhkan yang masih actual adalah berita tentang pesta seks yang dilakukan oleh anak SMA setelah ujian nasional hasilnya sungguh sangat mengejutkan karena norma-norma asusila tentang pergaulan remaja dan hubungan seksualitas benar benar diabaikan.
Beberapa pakar mengungkapkan hal tersebut terjadi bukan karena mereka sudah tidak beragama lagi, tetapi lebih besar ditimbulkan oleh pengaruh lingkungan yang memberi pengetahuan tentang hubungan seks pranikah bik melalui media cetak maupun media elektronik yang begitu mudah diakses, dan kurangnya pemahaman penerapan nilai-nilai islam dalam realitas kehidupan.
Cobalah memahami sebenarnya masa remaja adalah masa addesence yaitu masa yang paling banyak mengalami perubahan, masa peralihan yang sangat rawan bahkan kegagalan dalam melampaui masa remaja sering mempunyai akibat negative pada pertumbuhan kepribadian selanjutnya. Produksi hormone dan keadaan hormone yang meningkat akan mengakibatkan labilnya emosi remaja. Goncangan psikis emosional juga akan menyebabkan remaja melarikan diri dari kenyataan hidup lalu menjadi pecandu alcohol, obat bius, pelaku seks bebas.
Pernahkah anda merenungkan bahwa pola pikir gaul yang sudah terbentuk pada diri remaja akan menjadi cultural budaya yang membentuk tatanan suatu masyarakat? Maka hendaklah remaja lebih berhati-hati dalam memaknai kata gaul sehingga tidak terjerumus pada kubangan yang menyesatkan. Adalah kenyataan yang tak dapat disangkal kebenarannya bahwasanya nilai-nilai Islam hadir sebagai tatanan alternative yang sangat akselerasi (selaras, serasi dan sombong), membangun masyarakat madani yang dicita- citakan.
Cobalah kita merasionalkan akan semesta ciptaan Allah, langit yang tinggi tanpa tiang, bahkan yang belum pernah jatuh ke bumi, tidak pernh bertubrukan dengan matahari, begitu patuhnya dan tunduk kepada hukum- hukum dan peraturan yang dibebankan kepada mereka. Tetapi mengapa kita manusia, apalagi kalau masih muda terkadang egois dan sombong, sulit diatur hanya karena biar dikatakan arif malah melalaikan tanggung jawab bentuk kemaksiatan.
Gaul dalam prespektif Islam hendaknya disemangati oleh ghiroh bahwasanya Islam membangun pilar kehidupan ini pada hakekatnya bisa mengangkat derajat manusia ketingkat yang lebih mulia (laqod kholaqnal insanafii ahsani taqwim) dan sempurna (Insanul Kamil) yaitu dengan membiasakan hati manusia dari sifat-sifat egois, aniaya(dzalim), tak punya rasa malu, porno, dan tak bisa menahan nafsu. Lalu menggantinya dengan nadam (menyesali dosa yang tlah diperbuat), khouf(takut akan melakukan dosa dan kesalahan) dan akhirnya taubat (tidak mengulangi kesalahan dosa yang dilakukan) yang akhirnya menjadi insane yang bertaqwa, wara’, mengikuti yang baik, menumbuhkan rasa tanggung jawab, membiasakan pengendalian diri, membuat darinya menjadi seseorang yang sangat baik, pemurah, penyayang, penolong, suka memberi nasehat, jujur, ikhlas, adil danbenar pada semua makhluk Alloh, mendidik dan membesarkan dengan cara hidup iffah dan mulia.
Mewasadai Mewabahnya Virus Permissive (Serba boleh).
Konsekwensi logis daripercepatan tingginy perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan industrialisan menjadikan persoalan umat yang membelit pada sikap hidup materialistis dan hedonis (mencari kesenangan sesaat), sikap hidup instan menjadikan mental remaja mudah terombang ambing sehingga mudah rapuh, apatis, acuh tak acuh, egois dan permissive(serba boleh). Banyak remaja menyalah gunakan masa-masa yang penuh kerawanan ini dangan perilaku yang tidak disadari meracuni kehiupan remaja itu sendiri yang terlalu banyak berhayal dengan nimpi-mimpi kosongnya, depresi atau stress berat menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Firman Allah SWT yang artinya:
“Biarkanlah mereka (di dunia) makan dan bersenang- senang dan dilalaikan oleh angan- angan (kosong) maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)Q.S. Al Hijr:3
Apa yang kita tonton dalamtayangan televisi merupakan miniatur kehidupan yang justru tipis dimana sebenarnya realitas yang harus kita tiru atau malah menjadi factor penyimpangan akhlaq yang sama sekali tidak sesuai dengan realitas kehidupan setiap hari kita menonton sinetron yang menggambarkan kehidupan yang glamour, rumah mewah, mobil mewah, kehidupan the have padahal dalam kejidupan nyata hidup ini begitu sulit masih banyak kaum dlu’afa’ (fakir miskin, gelandangan) yang ingin memenuhi isi perutnya dengan banting tulang.
Inilah fenomena sesungguhnya,yang harus dicermati olehy remaja,jangan hanya melihat sesuatu yang glamour, tapi sebenarnya memanipulasi diri, tanpa suatu usaha yang keras, sehingga melunturkan sikap optimisme dalam bekerja. Belum lagi budaya permissive (membolehkan sesuatu) yang pada hakekatnya haram dianggap sebagai sesuatu yang biasa dilakukan karena dalih gaul seperti bahayanya pacaran yang bebas, meniru gaya hidup artis yang berciuman, minum- minuman keras bahkan menjadi pecandu narkoba
لايخلو ن ر جل با مرا ة الاومعها ذومحرم
Apalagi dengan maraknya perceraian, akibat perselingkuhan berarti perzinaan dianggap sebagai sesuatu yang biasa, yang sebenarnya ini merupakan praktek pendangkalan agama.
لايحل دم امرئ مسلم الاباء حدى ثلاث الشيب الزانى والنفس با لنفس والتارك لدينه المفارق للجماعة (رواه البحارىو مسلم)
Bahkan dalam suatu hadist dikatakan dosa zina mendekati syirik.
مامن دنب بعد الشرك اءظم عندالله من نظفة وضعهار دل فى رحم لايحل له (رواه ابن الدنيا)
Adapun alasannya meminum khamr itu haram hukumnya, apalagi memutar balikan hokum dengan alasan gaul dalih setia kawan, jelas itu suatu kebodohan yang justru merupakan sikap primitive, kuper yang menyesalkan.
Allah swt berfirman:
ايايهاالذين امنواانما الخمروالميسروالانصاب والازلامرجس من عمل الشيظان فاجتنبولعلكم تفلحون. انمايريدالشيطان ان يو قع بينكمالعداوة والبغضاء فىالخمروا لميسر ويعد كم عن ذ كر الله و عن الصلوة فهل انتم منتهون (المائد ة:٩١-٩۰)
(dari mengerjakan perbuatan itu)
Begitu juga disebutkan dalan sebuah hadist:
اربع حق على الله ان لايدخلهم الجنةولا يذ يقهم نعيمها مدمن حمر واكل الربا واكل ما ل اليتيمبغير حق ولعاق لو الديه (رواه الحاكم وا لبيهقى عن ابى هريره)
Dengan demikian sikap permissive(serba membolehkan) berarti sikap arogansi yang harus diwaspadai karena lebih besar bahayanya dibanding virus yang mematikan seperti HIV, virus flu burung, virus flu babi, jangan sampai ini mewabah, karena jelas-jelas hal ini bertentangan dengan syariah.
Apa Sebenarnya Gaul dalam Prespektif Islam,?
Tidak menutup kemungkinan barat mengembangkan keprah yang begitu besar terhadap kebudayaan kita, tetapi kita jangan terlalu kita jangan selalu menyalahkan western sebagai satu-satunya factor yang mempengaruhi terciptanya penyimpangan pergaulan dalam tatanan social masyarakat kita harus lebih introspeksi apakah nilai-nilai Islam itu sudah menjadi ruh sumber inspirasi dalam berakhlaq dan beramar ma’ruf nahi munkar, Sudah saaatnya remaja dalam pergaulannya membebaskan diri dari belenggu penjajahan informasi yang hanya sebagi obyek pengguna teknologi yang telah merampas dan menindas kaarena melalaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan rendahnya pemahaman keagamaan dan kurangnya minat belajar.
Untuk itu hendaknya remaja Islam dalam memaknai gaul sesuai dengan pandangan Islam debgan sikap sebagai berikut:
a. Cerdas, senamg membaca AlQur’an dan H adist, baik secara tesktual, maupun kontesktual.
b. Sabar,Tabah, ullet dan tekun dalam belaajar dan bekerja
c. Kritis, empati dalam melihat fenomena social kehidupan sehingga menjadi orang yang mengarti dan bijaksana dalam mengambil hikmah
d. Memahami identitas diri sebagai generasi Islam yang kaffatan(memandang nislam secara menyeluruh) dan tidak sepotong-potong.
e. Menempatkan nilai-nilai akhlaq sebagai dasar dalam berprilakau
f. Jangan membiasakan diri meniru sesuatu yang tidak patut ditiru dan memberikan kemanfaatan pada orang lain
خيرالناس انفعهم للناس
h. Menguasai dan memanfaatkan teknologi dan informasi secara tepat guna
i. Sosialisasi dan intensitas pendalaman kajian-kajian okum-hukum Islam secara konsisten utamanya tentang pergaulan.
Ajaran kemanusiaan dan demokrasi hendaknya menempatkan remaja dalamsikap gaulnya melihat pergaulannya dengan optimis danpositif, menerapkan prasangka yang baik (husnudzon) bukan bersangka buruk(su’udzon) kecuali untuk keperluan kewaspadaan seperlunya dalam keadaan tertentu tali persaudaraan sesame manusia akan terbina antara lain jika dalam masyarakat tidak terlalu banyak prasangka buruk akibat pandangan yang pesimis dan negative kepada manusia. Inilah yang harus dibentuk pada diri remaja dalam pergaulannya berpandangan kepada kemanusiaan yang optimis positif bahwa setiap orang mempunyai potensi untuk benar dan baik. Karena setiap orang mempunyai hak untuk menyatakan pendapat dan untuk didengar. Inilah dasar contoh keteladanan keluarga, orang tua yang mau mendengar keluhan dan masalah-masalah anak-anaknya, dan anak-anak yang mau mendengarkan nasehat-nasehat orang tuanya. Karena bagai manappun dalammendengar itu sendiri memerlukan dasar moral yang amat penting, yaitu sikap rendah hati(tawadhu’) berupa kesiapan mental untuk menyadari dan mengakui diri sendiri selalu berpotensi untuk membuat kekeliruan kekeliruan atau kekhilafan terjadfi karena manusia adalah makhluk yang lemah. Keterbukaan adalah kerendahan hati untuk tidak merasa selalu benar, kemudian kesediaan mendengar pendapat orang lain untuk diambil dan diikuti mana yang terbaik.
Inilah kondisi demokrasi yang dibangun untuk membudayakan keluarga yang terbiasa dengan sikap watawaa shoubil haq watawaa shoubils shobr, membiasakan HiyamulIad (sholat tahajud, sholat hajad, yang ditutup dengan witir). Demikialah keterbukaan serupa itu dalam Alqur’an disebutkan sebagai tanda adanya hidayah dari Allah dan membuat yang bersangkutan tergolong orang-orang yang berkepikiran mendalam(ulul albab) yang sangat beruntung. Rosululloh saw bersabda:
Artinya:”Berbahagialah orang yang rendah hati, bukan menghinakan diri, dan membelanjakan harta yang dikumpulkannya pada jalan yang bukan maksiat (yaitu jalan yang baik). Kasihanilah orang-orang yang hina dan miskin, bergullah dengan orang-orang yang baik dan berilmu tinggi (HR. Bukhori)
تحلموا وعلموا وتواضعوالمعلميكم ولينوالمتعلميكم (رواه الطبرانى)
Artinya:”Pelajarilah ilmu,dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru-gurumu dan berlaku lemah lembutlah terhadap murid-muridmu.(HR.Thobroni)
Dengan demikian dalam pergaulannya remaja haruslah memahami bahwasanya Islam mencetak kehidupan sabar dan tabah yang mempunyai perinsip selalu berdiri pada jalan yang baik dan lurus sepanjang kehidupannya, baik pikiran maupun perbuatan sekalipun dia menghadapi bahaya, penderitaan dan kesulitan-kesulitan. Tidak tergoda oleh kilauan kesenangan duniawi dantadak mau memilih jalan yang bengkok walau dibujuk dengan teman-teman impian dan harapan-harapan manis dan janji-janji yang muluk. Menjauhkan diri dari segala kejahatan dan penyimpangan-penyimpangan dari jalan yang baik dan benar sepanjang kehidupan dinia dalam rangka mencari kehidupan akhirat. Allah SWT berfirman yang artinya:
”Jika ada dua puluh orang diantaramu yang berhati sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang kafir. (Q.S. Al Anfal:65)
asalamualaikum pakbar kawan2.salam buat alumni ipa4 2007.
BalasHapusKrim email yah
wronkewu89@gmail.com
terimaksih